Cara manusia berkomunikasi mulai alami pergeseran. Dulu orang lebih senang berkomunikasi dengan berbicara. Namun kini mengirim teks seperti SMS dan BBM dianggap lebih menarik.
Menurut data Ofcom di Inggris, sebanyak lebih dari 150 miliar teks terkirim tahun lalu. Rata-rata konsumen mengirim 50 SMS per pekan atau dua kali lipat dibanding dua tahun lalu.
Selain itu, konsumen ini menghabiskan 90 menit untuk jejaring sosial dan email. Ofcom juga mengungkap, waktu yang dihabiskan untuk menelepon mengalami penurunan untuk pertama kalinya pada 2011.
Hal ini menyebabkan badan pengawas menyimpulkan, manusia lebih mendukung layanan berbasis teks dibanding telepon dan tatap muka.
Selain itu, diketahui bahwa manusia juga mulai sadar sudah menggunakan media digital secara berlebihan untuk berbicara satu sama laindan hal ini seolah mengubah manusia menjadi robot yang takut bercakap-cakap dengan orang disekitarnya.
Menggali jauh ke dalam masalah komunikasi mobile ini, psikolog Graham Jones melakukan survei pada kebiasaan 2.000 orang di berbagai usia dan latar belakang.
Hasilnya, pendorong maraknya penggunaan komunikasi berbasis teks ini mengalahkan percakapan pribadi adalah kenyamanan.
Khususnya para pribadi mana mereka cenderung menghindari pertukaran verbal untuk membahas suatu permasalahan dengan pesan fungsional serta kurang mampunya jenis kelamin ini dengan secara terbuka menghadapi lawan jenis.
Hal inilah yang membuat pria tiga kali lebih cenderung menggunakan SMS untuk menghubungi rekan wanita. Dibanding wanita, jenis kelamin ini lebih senang berbicara dengan pria secara pribadi.
Sifat pengecut juga menjadi pendorong maraknya penggunaan SMS di situasi tertentu yang 15% pengguna ponsel di Inggris terpaksa mengirim SMS untuk memberitahu jika akan izin sakit.
Hasil riset Acision menemukan, generasi muda sepenuhnya mempengaruhi tren mengirim teks ini. Tren ini melonjak di atas rata-rata 50 SMS per pekan menjadi 133 SMS tiap pekan atau hampir dua kali lipat dari tiap kategori usia lain.
Secara akurat, pengguna yang lebih tua dilaporkan merasa kesulitan mengetik dengan jempol. Artinya, SMS lebih mudah diadopsi kaum muda yang terampil teknologi.
“Generasi muda tumbuh bersama teknologi mobile dan teks. Hal ini membuatmereka secara alami lebih banyak mengirim pesan teks,” ungkap Jones.
Sementara remaja 30 tahun lalu cenderung menelepon temannya sebagai bagian tumbuh dewasa dan pembangunan sosial, remaja masa kini lebih senang berkirim pesan teks.
“Alasan sosial tak berubah, namun metode komunikasi yang lebih disukai mengalami perubahan,” katanya. Jones menunjukkan, komunikasi berbasis teks saat ini kian menggusur komunikasi verbal, seiring makin banyaknya generasi yang tumbuh di sekitar teknologi.
Sebanyak 92% pengguna ponsel pintar yang memiliki semua pilihan pesan alternatif saja masih ‘bergantung’ pada SMS, bahkan 69% diantaranya mengklaim tak bisa hidup tanpa SMS.
“Namun, selama kita menggunakan gadget dan program IM untuk mendukung dan memperkuat komunikasi verbal satu sama lain, kita masih bisa memiliki keterampilan sosial,” pungkasnya.
Bagaimana dengan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar