Sabtu, 07 Juli 2012

7 Penyesalan dari Pelaku Bullying


Orang yang tak bisa mengontrol diri, sering melakukan kekerasan atau bullying saat anak-anak atau pada masa remajanya yang dilampiaskan pada orang-orang di sekitarnya. Tapi saat tersadar mereka mengaku menyesal. Inilah 7 penyesalan dari pelaku bullying.

Baru-baru ini www.SecretRegrets.com mengumpulkan beberapa pengakuan dari pelaku bullying dan menemukan banyak fakta mengejutkan.

Para pelaku bullying ini berusaha jujur ​​dengan dirinya sendiri. Dan dalam beberapa kasus para pelaku ini berusaha untuk melakukan apapun agar bisa menebus perilaku destruktifnya di masa lalu itu.

Simak 7 rahasia bullying yang mengejutkan langsung dari pelakunya seperti dilansir dari huffingtonpost, Sabtu (23/6/2012) berikut ini.

1. Saya sering diintimidasi sejak sekolah dasar dan saya melampiaskannya ke orang lain.

Saat di kelas 1 SMP, saya melemparkan sebuah catatan pada seorang gadis yang yang dihindari oleh semua orang karena ia gemuk, kotor dan bau. Catatan tersebut berbunyi, 'Kamu bau'.

Saat kertas itu menggelinding di meja makan, saya terkejut dengan apa yang saya lakukan. Dia membacanya tanpa ada perubahan ekspresi. Namun saya tak pernah berani untuk meminta maaf.

Beberapa tahun kemudian, dia melakukan bunuh diri dan ternyata selama ini kondisinya mengenaskan karena sering dipukuli dan mengalami pelecehan seksual di rumah.

Umurku kini menjelang 62 tahun dan aku masih memikirkan dia dan bagaimana saya telah menambah penderitaannya. Sejak itu saya pun berusaha melakukan apapun untuk menebus perbuatan jahat saya itu.

2. Saya menyesal tak membantu seorang gadis yang di-bully, yang sebelumnya saya kira dengan begitu saya akan jadi seperti jagoan.

Tahun lalu selama sekolah, saya menyaksikan dia digertak hingga menangis, berteriak-teriak dan melempar berbagai barang kepada anak-anak yang menyiksanya. Para guru pun telah mendengar atau melihat hal itu terjadi, tetapi mereka tidak bisa melakukan apapun, begitu pula orang lain.

Saya ingin menjadi temannya karena saya tahu dia terlalu sering diganggu sebelumnya. Saya akan selalu menyesal karena tidak pernah mencoba untuk menghentikan anak-anak yang menyiksanya ataupun mencoba menghiburnya.

Saya tidak dapat membayangkan jika hal seperti itu terjadi padaku dengan begitu banyak orang yang hanya bisa menonton. Saya sangat menyesal.

3. Saya menyesal telah bergabung dengan orang-orang yang memanggilmu 'homo' setiap hari. Saya benar-benar menyesali segala yang telah saya lakukan padamu.

4. Saya menyesal telah bergabung dengan segerombolan anak yang menyiksamu di kelas 7 (1 SMP).

Aku pernah bersikap baik kepadamu sekali pada hari pertama namun setelah itu saya mengejekmu tanpa ampun untuk itu. Hal itu menghentikan sikap baik saya kepadamu.

Namun baru sekarang saya tahu bahwa kamu sering dilecehkan dan dipukuli oleh ayahmu. Saya menyesal tidak mengenali tanda-tanda bahwa kamu memiliki masalah. Saya menyesal karena kamu takkan pernah tahu betapa saya menyesal. Pengakuan wanita umur 49 tahun.

5. Saya menyesal telah mem-bullymu karena saya takut kamu mengambil sahabat saya. Saya menyesal bahwa saya diskors untuk itu, orangtua saya menjadi histeris dan Anda tidak pernah memaafkan saya. Anda tidak pantas mendapatkan perlakuan saya itu. Saya sangat menyesal. Pengakuan wanita umur 21.

6. Saya menyesal memberitahu teman sekelas bahwa seorang gadis cacat mental harus dimasukkan ke tempat sampah karena dia layaknya sepotong sampah.

Padahal saya melakukannya karena saya ingin orang menyukai saya dan saya menyesal mengatakannya sejak itu. Hal ini menyakiti saya setiap hari.

Saya harap dia baik-baik saja sekarang karena hati saya hancur hanya dengan memikirkannya meski hal itu telah terjadi 8 tahun yang lalu.

7. Saya menyesal telah mengolok-olok teman sekelas yang sering dibully di sekolah menengah. Dia sempat membela diri dan mengatakan semua kekesalannya di hadapan teman-teman saya.

Namun saya tahu saya pantas menerima perkataannya itu dan saya menyesal sampai hari karena saya telah menjadi orang yang kejam dan berpikir dangkal. Maafkan saya.

Aksi bullying (melakukan kekerasan baik fisik maupun mental) tidak hanya terjadi di sekolah. Dalam sebuah keluarga aksi bullying juga kerap dilakukan anak terhadap saudara-saudaranya.

Anak-anak yang mengalami bullying menurut para peneliti berpotensi 14 kali lebih mungkin menderita masalah perilaku dan emosional. Dan anak-anak yang melakukan bullying juga cenderung melakukan hal yang sama saat di sekolah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya sebagai seorang korban bully hal ini membuat saya sangat marah.
Apakah mereka tidak berpikir kalau bukan mereka saja yang punya masalah tetapi korban mereka sendiri pun punya banyak masalah dari mereka!
Saya selalu dibully, karena saya pendiam dan saya tuli. Terkadang saya ingin balas menggampar balik orang-orang yg melakukan itu pada saya. Tapi, maaf, saya masih waras dan saya tidak mau terlihat bahwa saya juga salah.
Akan lebih baik kalau para pelaku bully memilih jalan meminta maaf secara LANGSUNG pada yang mereka sakiti baik psikis maupun verbal.

Trade traffic with me using 2leep.com system